Fenomena karyawan resign secara berurutan bukan lagi hal asing di dunia kerja. Ketika satu orang memutuskan keluar, ada kemungkinan teman-teman kerjanya ikut terpengaruh untuk melakukan hal yang sama. Inilah yang sering disebut FOMO (Fear of Missing Out) di tempat kerja.
Bagi perusahaan, kondisi ini bisa jadi masalah serius karena berdampak pada produktivitas, biaya operasional, hingga stabilitas tim. Maka dari itu, perusahaan perlu memahami faktor pemicunya sekaligus menyiapkan strategi pencegahannya. Salah satunya dengan memanfaatkan aplikasi HRIS (Human Resource Information System).
Apa Itu FOMO dalam Konteks Karyawan Resign
FOMO pada karyawan biasanya muncul ketika mereka merasa takut kehilangan peluang yang diraih oleh rekan yang sudah resign lebih dulu. Misalnya, ada yang pindah ke perusahaan dengan gaji lebih tinggi, jam kerja lebih fleksibel, atau jenjang karier yang lebih jelas.
Perasaan ini bisa membuat karyawan lain tergoda untuk ikut keluar, meskipun sebenarnya mereka belum tentu siap atau keputusan itu sesuai dengan tujuan karier mereka.
Beberapa faktor yang memicu FOMO resign di antaranya:
- Keseimbangan kerja-hidup yang buruk
- Lingkungan kerja yang kurang sehat
- Peluang karier lebih menarik di tempat lain
- Ketidakpastian arah perusahaan
- Kurangnya pengakuan atas kontribusi karyawan
- Kepemimpinan yang tidak efektif
- Pertumbuhan karier yang terbatas
Dampak FOMO Karyawan Resign bagi Perusahaan
FOMO resign tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga perusahaan secara keseluruhan. Beberapa risiko yang bisa terjadi antara lain:
- Kehilangan talenta berpengalaman
- Meningkatnya biaya turnover dan rekrutmen
- Penurunan produktivitas tim
- Rendahnya keterlibatan karyawan yang tersisa
- Terganggunya budaya perusahaan
- Munculnya reputasi negatif di mata publik atau calon talenta
Jika dibiarkan, fenomena ini dapat mengganggu operasional dan merugikan perusahaan dalam jangka panjang.
Strategi Mengatasi FOMO Resign
Perusahaan perlu proaktif dalam menghadapi potensi FOMO resign. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:
- Bangun komunikasi terbuka dengan karyawan terkait visi, misi, dan rencana perusahaan.
- Sediakan pembinaan karier agar karyawan melihat peluang berkembang di dalam perusahaan.
- Implementasikan program penghargaan dan pengakuan untuk meningkatkan motivasi.
- Perbaiki lingkungan kerja dengan fokus pada budaya positif dan keseimbangan kerja-hidup.
- Berikan peluang pengembangan diri lewat pelatihan dan sertifikasi.
- Lakukan manajemen kinerja yang efektif agar karyawan mendapat umpan balik konstruktif.
- Perhatikan kesejahteraan karyawan lewat program dukungan kesehatan fisik dan mental.
- Libatkan karyawan dalam pengambilan keputusan yang memengaruhi mereka.
- Evaluasi budaya perusahaan dan proses kepemimpinan secara berkala.
Peran HRIS dalam Mengurangi FOMO Resign
Di sinilah HRIS berperan penting. Dengan sistem digital, HR dapat lebih mudah:
- Melakukan monitoring performa dan kepuasan karyawan
- Menyediakan transparansi data terkait karier dan kompensasi
- Mempercepat proses administrasi agar karyawan merasa lebih dihargai
- Membuka akses pada program pelatihan dan pengembangan
- Memberikan insight untuk pengambilan keputusan berbasis data
Dengan kata lain, HRIS bukan hanya membantu administrasi HR, tetapi juga menjadi fondasi dalam menjaga engagement dan retensi karyawan.
Fenomena FOMO resign memang wajar, tetapi bukan berarti tidak bisa dicegah. Perusahaan yang bijak perlu memahami faktor pemicunya, menyiapkan strategi komunikasi, serta menciptakan lingkungan kerja yang sehat.
Menggunakan aplikasi HRIS gratis bisa menjadi langkah cerdas untuk mendukung semua itu. Dengan Smart Salary, perusahaan dapat mengelola HR lebih efisien, meningkatkan motivasi, serta menjaga budaya kerja tetap positif.
Kurangi pekerjaan administratif dan fokus pada yang benar-benar penting—mengembangkan tim dan bisnis Anda.